Tetap hidup, konsisten dan produktif adalah tantangan utama bagi band manapun di dunia ini.Tak banyak yang mampu bertahan di jalur itu, tak terhitung sudah berapa band yang bubar di tengah jalan. Berbicara tentang konsistensi, sebuah band Skinhead dari Malang ini patut dikedepankan, No Man’s Land.
No Man’s Land lahir 21 tahun silam dan masih berkibar hingga hari ini. Sebagian besar punggawa mereka memang bukan personel awal, namun karakter mereka tak pernah berubah. Mereka tetap dengan apa yang diyakini sejak pertama kali terbentuk.Tentu saja tak mudah melewati dua dekade lebih. Banyak hambatan yang harus mereka hadapi. Bahkan band Oi! ini sempat tertatih-tatih dan nyaris bubar. Dukungan komunitas dan takdir lah yang membuat mereka masih bernafas dengan sehat.
Perjalanan hebat mereka akhirnya didokumentasikan lewat sebuah buku biography karya Adhib Mujaddid yang berjudul 20 TAHUN NO MAN’S LAND. Sebuah dokumentasi yang memuat lengkap detail-detail perjalanan mereka. Buku berisi tiga ratus halaman lebih ini juga memuat foto-foto dokumentasi para personel No Man’s Land dan pelaku skena lainnya di Malang.
Sebagian besar isi buku 20 TAHUN NO MAN’S LAND merupakan saduran dari buku harian milik Didit, frontman No Man’S Land. Selain mengisahkan perjuangan mereka di awal karir, buku ini juga menceritakan bagaimana mereka menembus label-label di Eropa. Yap, beberapa album terakhir mereka dirilis dan dijual di benua yang terkenal dengan selera musik super tinggi itu.
20 TAHUN NO MAN’s LAND dicetak secara independen oleh Adhib dan kawan-kawannya. Dirilis sejak 3 Oktober, buku ini telah terjual hampir 100 eksemplar dalam seminggu. Mendapat respon positif dari beberapa pihak, Adhib dan Didit pun sepakat menggelar bedah buku untuk mengulas lebih dalam 20 TAHUN NO MAN’S LAND.
Terkait
