Bicara tentang musik di kota Malang, seringkali orang merujuk pada genre rock, sebuah genre yang ramai digandrugi warga Malang sejak era tahun 70an. Sejak era tersebut banyak musisi rock legendaris yang lahir dari kota Malang. Bahkan banyak musisi rock yang merasa bahwa kota Malang adalah kota dengan penikmat musik rock yang sangat kritis dan sering menjadi tolak ukur kesuksesan sebuah band. Sebab itulah mungkin banyak yang beranggapan bahwa Malang adalah kotanya para rocker.
Namun bukan berarti warga Malang tidak membuka tempat untuk genre musik lain di hati mereka. Terbukti sejak tahun 2000an banyak komunitas jazz di Malang yang mulai terbentuk. Sebut saja Malang Jazz Forum, Ngalam Jazz Community dan Rompok Bolong. Komunitas-komunitas ini muncul sebagai wadah berkumpulnya masyarakat Malang yang peduli atas perkembangan musik asli Amerika Serikat itu. Bahkan sekitar tahun 2013, muncul sebuah café yang mengangkat konsep homie dan music jazz sebagai icon utama, Jazz Corner. Meskipun sayangnya, belakangan café yang rutin mengadakan gigs jazz andalan “Selo Jazz”, terlihat fakum.
Hingar bingar jazz di kota Apel ini semakin terasa ketika banyak musisi yang mulai muncul kepermukaan. Bagai gayung bersambut, kemajuan jazz di Malang tidak hanya medapat dukungan dari pihak musisi saja, namun juga dari pihak promotor. Tingginya antusiasme warga Malang terhadap jazz membuat banyak promotor mulai berani melirik kota Malang sebagai tujuan pengadaan festival dan kompetisi band. Pada kenyataannya tidak sedikit band jazz Malang yang mampu bersaing di skala nasional.
Salah satu festival akbar yang dilaksanakan di kota Malang adalah Malang Jazz Festival. Pada awal penyelenggaraannya tahun 2016 lalu, MJF diselenggarakan dua hari penuh dengan deretan musisi jazz kenamaan. Kala itu MJF hadir menawarkan kelembutan jazz dan syahdunya Lembah Dieng yang diracik dengan manis. Meski sempat diwanarnai dengan hujan deras dan jam acara yang molor, banyak penikmat jazz yang tidak merasa kecewa dengan rangkaian MJF 2016. Tahun ini, MJF kembali digelar di Lembah Dieng. Mengusung tema The Urban Jazzy Festival, Malang Jazz Festival menggandeng band jazz legendaris, Krakatau Reunion yang tampil dengan personil lengkap; Indra Lesmana, Gilang Ramadhan, Dwiki Dharmawan, Trie Utami, dan Pra Budi Darma. Selain Krakatau Reunion, Malang Jazz Festival juga merangkul musisi lintas genre di antaranya Stars and Rabbit, Syaharani & Queenfireworks, The Overtunes, Teza Sumendra dan Sheila On 7.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, kali ini promotor MJF memilih untuk memperluas ranah genre penampil. Meski masih dalam satu akar yang sama, line up MJF tahun ini terasa lebih pop dibanding tahun sebelumnya, walaupun pada 2016 beberapa musisi pop sudah diangkat. Hal yang patut disayangkan untuk festival jazz terbesar di kota Malang tersebut. Tanpa mengesampingkan kepentingan pasar, seharusnya promotor-promotor yang ingin menyelenggarakan festival jazz di Malang, tidak mengurangi proporsi musisi jazz dengan aliran classic, fusion atau swing.
Banyak harapan menggantung pada eksistensi jazz di kota Malang.Harapan agar semua elemen yang mendukung musik jazz berjalan tidak setengah-setengah. Semoga tidak panas sebentar lalu hiatus. Semoga tidak hingar sejenak lalu redup.
Terkait
