Wisma Jerman Surabaya, 28 Februari 2017 merupakan tanggal dan tempat diselenggarakannya screening video musik atau videoklip berjudul “Pulang Rumah” yang juga merupakan single debut dari Layung Temaram. Acara ini dihadiri oleh berbagai macam kalangan dari skena musik indie di Surabaya seperti band, toko kaset, radio, label indie, dan media. Selain sebagai ajang untuk silaturrahmi, tujuan dari acara screening ini juga untuk mendapatkan tanggapan, saran, dan kritik dari pihak manapun baik tentang musik maupun tentang video musik itu sendiri,
“Pulang Rumah” merupakan sebuah lagu yang bercerita tentang kerinduan perantau terhadap kampung halaman tercinta, tema sehari-hari untuk sebuah band yang seluruh anggotanya juga hidup sebagai perantau di Kota Surabaya. Namun Layung Temaram ingin menepikan sejenak tentang konsep pulang rumah konvensional pada video musik yang dirilisnya. Bukan hanya mudik semata, tapi video musik “Pulang Rumah” ingin menjadikan Layung Temaram itu sendiri sebagai representasi dari rumah yang dirindukan dan ingin dijadikan tujuan pulang oleh masing-masing personilnya.
Proses pengerjaan video musik “Pulang Rumah” dilakukan sejak tanggal 7 Desember 2016 sampai tanggal 21 Februari 2017 . Layung Temaram juga melibatkan beberapa musisi indie dari Surabaya, mereka adalah Arief “Blingsatan”, Rifqy “The Flins Tone”, Eri “Hi Mom!”, Njet “Dandelions”, dan Sesa “Cotswolds”. Tujuan melibatkan para musisi ini adalah untuk menjalin silaturrahmi antara Layung Temaram dengan pihak luar. Video musik “Pulang Rumah” di rilis secara resmi pada akun youtube resmi milik Layung Temaram pada tanggal 15 Maret 2017.
Aktif sejak petengahan April 2016, Layung Temaram adalah sebuah grup musik asal Surabaya yang mengusung genre folk pop dengan formasi Ega Evanie (vocal, gitar), Galang Rendy (vokal, synthesizer, glockenspiel), Danu Diptya (Gitar, Vokal), dan Fazar Abdul Razaq (Drum, Cajon). Sebenarnya kami menyimpulkan gaya musik Layung Temaram hanya untuk mempermudah kami disaat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari beberapa pihak, sedangkan pada kenyataannya Layung Temaram hanya memainkan music dengan apa adanya tanpa paham pasti akan makna musik folk.
Terkait
